Rencana Bangun Jalan Batubara 140 KM Terancam Gagal.
Batubara dibuang di Jalan Lintas Muarabulian-Kota Jambi tepatnya di Jem batan Peneradan, Kecamatan Pemayung Kabupaten Batangha ri baru-baru ini. Lesunya harga batubara, membuat sejumlah pengusa ha batubara membu ang batubara di jalan. Foto asenk lee saragih
Jambi,Waktu.
India sebagai negara utama tujuan ekspor saat ini menghentikan permin taan pengiriman batubara asal Jambi karena dampak krisis ekonomi yang sedang melanda Negara Eropa.
Rencana pengusaha untuk memba ngun jalan khusus batubara sepanja ng 140 kilometer (KM.) Jalan alter natif pertama melalui Jambi-Mendalo -Sengeti- Simpang Tuan-Simpang Lagan- Zona V- Muara Sabak- SK 10- Simpang Rantau Rasau Desa-Pelabuhan Ujung Jabung. Dan jalan alternatif yang kedua, Jambi-Jembat an Batanghari II- Zona V- Muara Sa bak- SK10- Simpang Rantau Rasau Desa- Pelabuhan Ujung Jabung.
Alternatif ketiga, Simpang Talang Duku-Suak Kandis-Berbak-Sungai Rambut- Simpang Rantau Rasau De sa-Pelabuhan Ujung Jabung. Estima si biaya, diperkirakan, untuk alterna tif 1 menelan dana sebesar Rp 986 miliar, alternatif 2 sebesar Rp. 952 miliar dan untuk alternatif 3 sebesar Rp 842 miliar.
Memorandum of understanding (MoU) Rencana pembangunan jalur alter native batu bara tersebut telah di ditanda tangani Gubernur Jambi H. Hasan Basri Agus, MM dengan Direktur Utama PT Nusantara Term al Coal (NTC), Letjen (Pun) H. Bur hanuddin Amin, Oktober lalu.
Penandatanganan MoU itu disak sikan Wakil Gubernur Jambi Drs. H. Fachrori Umar, M. Hum, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi Ir.Sy ahrasaddin, M.Si, Bupati Tebo,Suka ndar, Wakil Bupati Bungo, H Mashu ri dan Sekda Kabupaten Tanjung Ja bung Barat, Arif Munan dar.
Asosiasi Pengusaha Batubara In donesia (APBI) Provinsi Jambi mem astikan tidak bisa memenuhi permint aan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi untuk membangun jalan khus us batubara.
Hal ini disampaikan Kepala Sekre tariat APBI Provinsi Jambi, Nurhadi. Menurut Nurhadi, jalan yang direnca nakan dibangun sepanjang sekitar 140 km tersebut membutuhkan dana triliunan. Dana tersebut dinilai sangat besar dan para pengusaha tambang batubara tidak sanggup menyediaka nnya.
“Dananya terlalu besar, sementa ra penghasilan pengusaha tidak sebe sar yang dibayangkan orang.Saat ini usaha tambang batubara sedang lesu . Pendapatan para pengusaha menur un drastis. Bahkan, pendapatan para pengusaha tidak cukup untuk memb ayar gaji karyawan dan membiayai operasional pertambangan. Barang kali, jika wacana membangun jalan khusus ini direalisasikan beberapa ta hun lalu,ketika harga batubara sangat bagus, saya yakin akan terwujud.Un tuk sekarang, sepertinya mustahil me mbangun jalan khusus tersebut ,” teg asnya.
Nurhadi kepada wartawan di Jam bi, baru-baru ini mengatakan, ada - banyak persoalan yang menyebab - kan India menghentikan sementara permintaan impor batubara dari Jam bi. Disebutkan, krisis ekonomi di Eropa telah berdampak kepada per ekonomian India.
Sebagian besar industri dan pem bangkit listrik yang selama ini mengg unakan bahan bakar batubara dari Jambi tengah mengurangi produksi, bahkan ada juga yang berhenti prod uksi.
“Persoalan lain muncul. Nilai tukar mata uang India rupee terhadap Dol ar Amerika Serikat (USD) anjlok. Sebelumnya, USD 1 dinilai sekitar 40 rupee, namun saat ini nilai tukar mata uang tersebut turun sekitar 25 persen menjadi lebih dari 50 rupee,” katanya.
Disebutkan, pembayaran batubara Jambi menggunakan dolar, sehingga para importir India harus membayar lebih mahal untuk setiap kontrak pe mbelian batubara yang telah ditanda tangani beberapa bulan lalu.
“Barangkali, karena kondisi demiki an akhirnya para pengusaha India menghentikan impor batubara dari Jambi,”ujarnya. PT Bumi Borneo Inti (BBI) Eko Harwanto menyatakan, para pengusaha juga menahan diri un tuk mengekspor batubara keluar neg eri. Pasalnya, harga batubara Jambi saat ini anjlok.
“Beberapa bulan lalu, harga batu bara Jambi di pasaran internasional setiap ton bisa mencapai Rp 350 ribu ke atas. Sekarang ini harganya berkisar Rp 200 ribu atau Rp 250 ribu,” katanya.
Dengan harga tersebut, dipastikan biaya operasional tidak tertutupi. Untuk hauling (angkutan) memakan biaya Rp 105 ribu per ton, belum la gi biaya sewa alat berat, BBM, gaji pegawai, biaya lain-lain, jelas dengan harga sebesar itu dan akan merugi.
Manajer pelabuhan batubara Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Tam anraja, Muarojambi, Rizal Andikari, menyatakan saat ini nyaris tidak ada aktivitas pemuataan batubara ke kap al tongkang untuk dibawa keluar neg eri. “Kalau di awal tahun, rata-rata per bulan kita memuat sekitar 40 ribu ton batubara ke ponton untuk dikirim ke India.Terakhir kami memu at 30 ribu ton pada bulan April lalu. Namun, di bulan Juni ini kita baru me muat 5 ribu ton, itu pun untuk keper luan dalam negeri,”katanya.
Menurut Rizal, saat ini pihaknya me ngistirahatkan para karyawan. Meski tidak bekerja, namun pihak perusaha an tetap membayar gaji mereka. Alat berat yang biasanya digunakan untuk proses muat batubara ke ponton ter paksa disewakan ke pihak ketiga.
“Daripada nganggur dan agar ada pemasukan alternatif untuk perusaha an. Karena tidak ada aktifitas pemua tan ke kapal, batu bara-pun menum puk di pelabuhan-pelabuhan yang be rjejer di tepi Sungai Batanghari sepa njang Kemingking dan Kemingking Dalam.
Tumpukan batubara sudah meng gu nung. Kedatangan truk membuat gun ung batubara tersebut semakin tinggi. Ada belasan stockpile dan pelabuh an di kawasan ini,”katanya.
Sementara Pihak Badan Pusat Sta tistik (BPS) Provinsi Jambi belum memiliki data ekspor batubara bulan Mei dan Juni ini. Menurut Kepala BPS Provinsi Jambi, Ahmad Jaelani, data terakhir yang dimiliki adalah bul an April 2012.
“Itu-pun data sementara karena pengolahan data belum selesai. Pada bulan April tersebut, angka sementa ra jumlah ekspor batubara keluar ne geri mencapai 541,331 ribu ton. Ada pun nilainya mencapai USD 21,042 juta,”katanya. (Red/ALS/Jnc.)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda